Selasa, 17 Agustus 2010

perang yunani-persia


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Yunani merupakan bangsa yang mempunyai peradaban tinggi yang mencapai tingkat kemajuan yang cepat. Peradaban Yunani yang lebih mencerminkan peradaban Barat yang mencoba memperluas pengaruhnya ke daerah sekitar, termasuk Asia Kecil. Selain peradaban Yunani, ada peradaban lain yang juga mengalami kemajuan pesat pada waktu itu yaitu peradaban Persia (Timur). Persia yang juga menginginkan untuk menyebarkan pengaruhnya kepada daerah sekitar, mengalami benturan dengan Yunani. Sehingga timbul perselisihan diantara Persia dengan Yunani. Perselisihan tersebut semakin meruncing sehingga muncul peperangan yang lebih dikenal dengan Persian War.
Perang Yunani-Persia (490-480 SM) merupakan perang besar dalam sejarah peradaban umat manusia. Perang ini muncul akibat adanya persaingan antara Yunani-Persia yang memiliki perbedaan peradaban dan kebudayaan. Motif ekonomi dan politik juga mewarnai perang ini. Karena Darius I mempunyai keinginan untuk menguasai perdagangan dan penguasaan wilayah di Laut Aegea. Dan sejak bangsa Persia berdiri tahun 549 SM, Persia sudah mulai berusaha untuk memperluas wilayahnya. Dan kerajaan-kerajaan yang berada di Mesopotamia berhasil dikuasai oleh Persia. Mulai dari Caldea, Babylonia, Mesir dll.
Pada masa kekuasaan Darius I, wilayah kekuasaan Persia meliputi Asia Barat, Asia Tengah dan hampir mendekati Asia Selatan. Di Asia Barat, Persia berhasil menguasai daerah yang sekarang dikenal dengan nama Turki dan beberapa wilayah pantai Asia Kecil seperti Miletus. Dan pada waktu bangsa Persia datang ke Asia Kecil, wilayah tersebut sudah dihuni terlebih dulu oleh bangsa Yunani terutama suku Ionia, Aeolia, Phygria, dll. Bangsa Yunani yang berjiwa merdeka menginginkan kebebasan dari kungkungan adat dan tradisi di tanah asalnya, sehingga mereka pergi dari tanah airnya dan singgah ditempat yang baru. Dan pada saat mereka berada di bawah kekuasaan bangsa Persia, mereka merasa tertekan. Akibat penekanan yang dilakukan oleh Persia, maka bangsa Yunani yang merupakan fatherland bangsa Ionia harus menghadapi bangsa Persia. Sehingga Sparta, Anthena dan Eretria mengirimkan pasukan ke Ionia. Berkaitan dengan hal itu, maka kami berusaha untuk menguraikan perang Yunani-Persia dalam Makalah ini.
  1. Rumusan Masalah
1.      Faktor apakah yang menyebabkan timbulnya Yunani-Persia pada tahun 490-480 SM?
2.      Bagaimana jalannya Perang Yunani-Persia?
BAB II
PEMBAHASAN
  1. Latar Belakang
Berabad-abad koloni-koloni Yunani di pantai Asia Kecil tidak mengalami banyak kesulitan dengan negara-negara besar di timur.[1] Namun, pada abad ke-7 SM seorang raja Libia bernama Giges menyerang kota-kota Yunani dalam usahanya memperluas kerajaannya dari pedalaman ke arah pantai. Dan raja-raja Libia berikutnya memberikan autonomi kepada kota-kota Yunani itu, namun tidak memberikan kebebasan. Raja terakhir Libia (raja Kresus)[2] diserang dan dikalahkan oleh Sirus Agung, raja Persia. Yang pada waktu itu Sirus sudah terlebih dulu menyatukan Persia, Media dan Assiria dalam satu kekuatan besar. Sesudah menakhlukan Libia, Sirius memimpin tentaranya ke pantai dan menundukan semua koloni besar Ionia kecuali pulau Samos. Pulau ini bertahan di bawah pimpinan tegas tirannya, Polikrates.[3]
Darius I menduduki tahta pada tahun 519 SM. Darius I adalah seorang raja Persia yang cerdas, ahli keuangan dan mempunyai kekuasaan mutlak di kawasan timur. Dan Persia dibawah kekuasaan Darius, muncul sebagai kekuatan baru yang berusaha untuk memperluas wilayah kekuasaanya. Setelah penundukan Libia, Persia juga sudah meluaskan kekuasaannya ke Asia Kecil. dan orang Ionia tunduk kepada kekuasaan Persia walaupun tidak dengan senang hati. Dan tahun 499 SM mereka mengadakan pemberontakan. Waktu itu Anthena mengirim 20 kapal penuh prajurit, dan Eretria di Pulau Eubea mengirim 5 kapal. Namun setelah serangan pertama, tentara Anthena dan Eretria mundur dan membiarkan tentara Ionia menghadapi tentara Persia sendiri. Pertempuran terakhir dilakukan di Pulau Lade dekat Miletus dan tentara Ionia mengalami kekalahan.
Untuk menghukum orang Yunani atas pemberontakan yang dilakukannya, tentara Persia menjarah dan membakar Miletus serta memindahkan sebagian penduduk kearah muara sungai Tigris di Teluk Persia. Bagi bangsa Yunani peristiwa ini merupakn pukulan hebat. Miletus yang merupakan kota yang paling kaya dan paling cemerlang, hancur. Darius I selalu memantau jalannya pemberontakan dan melihat bagaimana kwalahannya tentara Yunani menghadapi tentara Persia.
  1. Jalannya Perang
Perang Yunani-Persia mengalami 2 bagian, yaitu bagian pertama terjadi dalam perang Maraton dan dilanjutkan bagian kedua pada perang Termopile dan Salamis. Pertempuran-pertemuran itu menjadi lambang keinginan manusia yang tak terpadamkan akan kemerdekaan.
·         Bagian pertama: Perang Maraton
Tahun 490 SM Darius I mengirim dua orang panglima, Datis dan Aftafernes, menyebarang laut Aegea dengan armada 600 kapal dan pasukan besar dengan peralatan lengkap. Mereka berlayar menuju Teluk Maraton dan bergerak lewat darat ke Athena. Atas nasehat dari Hippas, Darius memutuskan Maraton sebagai basis serangan. Setelah Athena mengetahui bahaya yang datang, mereka bergegas untuk menyusun rencana dan siasat. Panglima Miltiades sangat lihai dalam menyusun rencana karena ia mempunyai pengetahuan langsung tentnag siasat perang orang Persia. Dan Athena juga mencari bantuan ke wilayah Yunani yang lain. Dan mengirim utusan ke Sparta untuk meminta bantuan pasukan, namun Sparta tidak bersedia.
Di Maraton, yakni daratan yang dikelilingi oleh gunung dan laut, Miltiades mengambil inisiatif untuk menyerang sambil berlari dalam barisan setelah mendekati musuh. Dan ini merupakan siasat baru orang Yunani yang mengejutkan tentara Persia. Pertempuran berlangsung gencar dan orang Persia tidak dapat menhadapinya lalu mereka mundur ke laut.
Untuk mengabarkan kemenagan, Miltiades mengutus seorang pelari untuk memberi kabar ke Athena, dan bergegas menarik pasukannya untuk menghadapi tentara Persia yang kini menuju Faleron dengan kapal. Dan pada saat tentara Persia mengelilingi Tanjung Sunium dan mendekati pantai, mereka menghadapi Miltiades yang sudah berkuasa sehingga mereka tidak mendarat. Pelari yang membawa berita kemenagan, akhirnya meningal sesaat setelah menyampaikan pesan. Dan mereka yang gugur dalam pertempuran itu di makamkan dalam gundungkan megah sebagai tanda peringatan dan diberikan kehormatan tinggi seumur hidup.

·         Bagian: Perang Termopile dan Salamis
Selama 10 tahun berikutnya orang Yunani dapat merasa tenang. Persia disibukkan oleh masalah lain, yaitu pergantian-pergantian akibat kematian Darius I, dan pemberontakan yang dilakukan oleh Mesir. Namun Xerxes, putra Darius naik tahta pada 485 SM bertekad untuk meneruskan rencana ayahnya. Persiapan yang dilakukan oleh Xerxes lebih matang daripada ayahnya.
Setelah serbuan yang pernah dilakukan oleh Persia, Athena menjadi lebih waspada. Dan pada 418 SM, atas undangan Sparta, wakil-wakil semua negeri Yunani berkumpul dan sepakat untuk mengakhiri permusuhan dan menghadapi bahaya bersama. Sehingga membentuk Liga Yunani dan Sparta diserahi kekuasaan atas seluruh angkatan perang.
Xerxes bergerak menuju Eropa dengan angkatan perangnya, ketika sampai di Hellespontus. Xerxes memerintah untuk membuat jembatan untuk menyebrang. Setelah berhasil menyebrangi Hellespontus, Xerxes menuju Yunani dengan sebagian tentaranya berjalan sepanjang pantai sehingga kapal Persia dapat memberi dukungan dan bahan makanan. Ketika di Termopile, Xerxes berhadapan dengan gugus depan angkatan perang Yunani. 300 prajurit Sparta telah mendahului berangkat ke utara di bawah pimpinan raja mereka, Leonidas, dan berharap sekutu mereka selebihnya akan menyusul.
4 hari Xerxes menunggu, sementara barisan panjang pasukan berkuda dan infanterinya menempati posisi di Termopile. Pada waktu itu ia mengirimkan mata-mata untuk mengamati perkembangan musuh. Namun ternyata mata-matanya melapor bahwa orang-orang Sparta sibuk berolahraga dan menyisir rambut mereka. Mendengar hal itu Xerxes tertawa keras, namun penasihatnya menjelaskan bahwa orang Sparta yang akan berperang akan melakukan hal tersebut.
Pada hari kelima dan keenam, Xerxes menyerang. Seorang penghianat Yunani memberi informasi tentang jalan tembus lewat pegunungan kepada tentara Persia, sehingga memberikan kemungkinan tentara persia menyerang dari belakang. Karena itu Leonidas mengambil tindakan, dengan menyuruh pasukan Yunani mundur ke tempat aman. Tetapi 300 prajurit Sparta dan sekutu pilihan bertekad untuk bertahan. Mereka berjuang terus tanpa pemimpin, karena Leonidas telah gugur terlebih dulu. Pertempuran ini berakhir dengan Persia pemenangnya.
Setelah Termopile direbut, Xerxes menuju Athena dan menghadapi perang tahap kedua. Namun, orang-orang Athena sudah diungsikan ke Aigina, Salamis serta Trezen. Dan para prajurit memperkuat di tanah Genting Korintus. Temistokles menggerakan angkatan laut Yunani untuk bertempur melawan armada Persia. Temistokles malakukan siasat dengan mengirimkan utusan ke perkemahan orang Persia dengan membawa kabar yang isinya “armada Yunani takut dan bermaksud melarikan diri tanpa bertempur”. Xerxes menanggapi berita tersebut, ia mendekati armada Yunani dan pecahlah perang Salamis. Kapal Persia yang jumlahnya lebih banyak dan  tidak bisa bergerak dengan lincah. Sehingga mudah dikacaukan oleh kapal Yunani yang berjumlah sedikit dan berbentuk kecil. Sehingga bisa mengecoh kapal Persia dan membuat saling bertabrakan. Setelah itu orang Yunani memaksa armada Persia mundur, dan kapal Yunani mengitari mereka dan menghantam mereka untuk dihancurkan. Bagi orang Persia kekalahan itu merupakan kehancuran yang luar biasa. Laut dipenuhi bangkai kapal Persia dan pantai dipenuhi oleh mayat yang menggunung.
Setelah itu Xerxes pulang, namun meninggalkan prajurit terlatih di bawah pimpinan Mardonius. Mardonius diperintah untuk mundur kearah utara masuk Tesalia selama musin dingin dan kembali pada saat musin semi. Ketika Mardonius bergerak ke selatan untuk kembali berperang, Athena meminta bantuan kepada wilayah Yunani yang lain.
Orang Persia sudah bergerak dari Tesalia, melintasi Beotia dan perbatasan Attika. Jenderal Sparta dengan 100.000 tentara bergerak ke utara dan memukul mundur Mardonius ke Beotia. Lalu Mardonius berkemah di dekat Plataia. Dan orang Yunani mengikuti berkemah juga. Mardonius menunggu diserang orang Yunani. Namun pada saat orang Yunani berniat berpindah tempat, Merdonius mengira orang Yunani mundur. Maka Mardonius menyerang. Pertempuran pun pecah dan Mardonius terbunuh dan pasukkannya dibantai, dan sisanya mundur ke utara.
  1. Akhir Perang Persia
Kekalahan Xerxes di perang Salamis mengawali kemunduran kekuatan Persia dalam perang Yunani-Persia. Banyak prajurit Persia yang mati akibat perang. Selain itu kerugian dalam bidang ekonomi dan politik pun dialami oleh Persia. Kerugian ekonomi akibat untuk memenuhi kebutuhan perang dan juga wilayah yang ingin diduduki oleh Persia tidak bisa didapatkan. Ambisi Xerxes yang tinggi mendatangkan kerugian bagi dirinya sekaligus para rakyat Persia sendiri.
Kemenangan yang didapatkan oleh Yunani atas Persia merupakan prestasi yang mengagumkan. Kekuatan tentara Persia yang begitu kuatnya mampu dipukul mundur oleh Yunani. Orang Yunani dibuat bangga akan kemenangan itu, sehingga semangat patriotisme orang Yunani tidak bisa diragukan lagi.
BAB III
KESIMPULAN

Kemenagan Yunani atas Persia merupakan prestasi yang mnegagumkan. Tidak ada bangsa lain yang menghadapi kekuatan lengkap tentara Persia dan mampu menandinginya. Tetapi orang Yunani berhasil mengalahkannya meskipun dengan banyak rintangan. Sebetulnya hanyak tentara Sparta yang prifesional. Angkatan laut dan angkatan darat Yunani lainnya sebagian besar terdiri dari warga negera biasa. Lagi pula orang Yunani tidak pernah mencapai kebulatan langkah yang sesungguhnya. Meskipun Liga Yunani mempunyai tujuan yang sama, namun dalam kebijakansanaannya tiap negara mengutamakan kepentingan sendiri.
Mengingat banyak rintangan yang dihadapi, tidak mengherankan kalau orang Yunani bangga, percaya diri dan penuh semangat patriotisme. Tetapi tidak hanya orang Yunani dari Zaman itu saja yang tergerak serta di ilhami oleh kemenangan Yunani. Berabad-abad setelah perang Maraton, perang Termopile dan Salamis, nama-nama pertempuran itu menjadi lambang keinginan manusia yang tidak terpadamkan akan kemerdekaan. Semangat patriotisme dari orang-orang Yunani merupakan contoh yang bagus untuk ditiru oleh kita. Karena sekarang ini, sudah mulai menipis semangat patritisme kita sebagai bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Bowra ,C.M. (1985). “Yunani Klasik”. Jakarta: Tira Pustaka.
Farmer, Paul. (1951). “The European World” New York: Alfred .A. Knopf.
Hayes, Carlton, J. H. (1956). “History of Europe”. New York: The Macmillan Company.
Romein, J.M. (1956). “Aera Eropa. Peradaban Eropa sebagai penjimpangan dari pola umum; diterjemahkan oleh: Noer Toegiman. Bandung: Ganaco.


[1] Bowra ,C.M. (1985). “Yunani Klasik”. Jakarta: Tira Pustaka. Hlm: 69.
[2] Raja Kresus adalah raja Libia yang terakhir, ia dikenal kaya dan sangat mengagumi bangsa Yunani. Sehingga ia mengirimkan berbagai hadiah kepada kuil Apolo yang termasyur di Delfi, kediaman peramal yang disegani dan tempat suci yang paling dihormati di Yunani.
[3] Plikrates adalah penguasa lautan dengan cara merompak dan sekaligus menjadi pengayom seni yang murah hati. Polikrates juga perintis teknik pembangunan tembok penahan gelombang bagi pelabuhan dan pengali terowongan menem bus gunung untuk penyediaan air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar